Tuesday, February 5, 2019

Agenda-Setting Theory

Agenda-setting theory pertama kali diajukan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw di Public Opinion Quarterly pada tahun 1972. Mereka menyatakan bahwa media lah yang menetapkan agenda atau isu publik. Menetapkan di sini bukan secara spesifik media menyatakan bahwa suatu isu penting untuk publik, melainkan secara tidak langsung memberitahukan publik untuk memikirkannya, bahwa ada isu yang perlu didiskusikan.

Dua asumsi dasar dari agenda-setting theory adalah:
  1. pers dan media tidak mencerminkan realita atau kenyataan; mereka menyaring dan membentuknya;
  2. konsentrasi media pada beberapa isu dan subjek mengarahkan publik untuk menganggap bahwa beberapa isu lebih penting daripada isu-isu lainnya.
Sementara realitas atau kenyataan diinterpretasikan secara subjektif oleh manusia. Pernyataan ini didukung oleh banyak penelitian di bidang neuroscience. Alih-alih membangun realitas dari awal, neuroscience berpendapat bahwa manusia merekonstruksi realitas, artinya manusia sendiri yang menyusun dan memahami dunia yang berkaitan dengan diri mereka. Manusia berhalusinasi dalam menginterpretasikan realitas.

Bayangkan, agenda-setting theory sebagai sebuah bagian dari proses distorsi masif akan interpretasi realitas publik. Kita diperdaya berkali-kali, baik secara internal oleh pikiran kita sendiri (ilusi dan bias) maupun secara eksternal melalui media yang kita konsumsi.

Kembali ke McCombs dan Shaw, yang menarik dari kajian mereka dan menjadi relevan saat ini adalah konteks yang mereka ambil. Mereka menyelidiki fungsi pengaturan agenda media massa dalam kampanye presiden 1968, mereka berusaha untuk menilai hubungan antara apa yang pemilih katakan dalam satu komunitas sebagai masalah penting dan isi pesan media yang sebenarnya digunakan selama kampanye. McCombs dan Shaw menyimpulkan bahwa media massa memberikan pengaruh signifikan pada apa yang dianggap pemilih sebagai masalah utama, bukan realita sebenarnya.

Jadi ketika anda begitu yakin dengan pilihan capres 2019 ini, pikirkan lagi! Ingat Anda telah diperdaya berkali-kali oleh otak Anda sendiri dan media yang Anda konsumsi.

No comments:

Post a Comment